AKUNTANSI INTERNASIONAL
BAB VIII
PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA
Dr. Imam Subaweh, SE., AK., MM.
Disusun
Oleh :
KELOMPOK 7
KETUA KELOMPOK :
Putri
Rahmayeni (25211662)
ANGGOTA :
Nurbayina
Aisiah (25211340)
Putri
Oktaviani (25211658)
Qonitah
(27211871)
KELAS : 4EB15
UNIVERSITAS
GUNADARMA
FAKULTAS
EKONOMI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam penulisan selanjutnya.
Terimakasih kepada Bapak Dr. Imam Subaweh, SE.,AK.,MM.
Selaku dosen mata kuliah Akuntansi Internasional atas bimbingan dan arahannya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Depok, Juni 2015
Penyusun
DEFINISI PERUBAHAN
HARGA
Sebelum memahami istilah perubahan harga (changing prices), kita harus membedakan antara pengerakan harga
umum dan pengerakan harga sepsifik, yang keduanya temasuk dalam istilah
perubahan harga itu. Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga
seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan. Lalu, di
sisi lain Perubahan harga spesifik mengacu
pada perubahan dalam harga
barang
atau jasa tertentu yang disebabkan oleh perubahan dalam permintaan dan
penawaran.
Mengapa Laporan
Keuangan Memiliki Potensi Untuk Menyesatkan Selama Periode Perubahan Harga ?
Selama periode inflasi,
nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akusisi
awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Nilai aktiva yang
dinyatakan lebih rendah menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba
yang dinilai lebih tinggi. Dari sudut pandang manajemen,ketidak-akuratan pengukuran ini
mendistorsi (1) proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis, (2) anggaran yang menjadi
dasar pengukuran kinerja dan (3) data kinerja yang tidak mengisolasi
pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Laba yang dinilai lebih pada
gilirannya akan menyebabkan :
·
Kenaikan dalam proporsi
pajak
·
Permintaan deviden
lebih banyak dari pemegang saham
·
Permintaan gaji dan
upah yang lebih tinggi dari para pekerja
·
Tindakan yang merugikan dari
negara tuan rumah (seperti pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar)
Jenis Penyesuaian
Inflasi
Setiap jenis perubahan
harga memiliki pengaruh yang berbeda terhadap ukuran-ukuran posisi keuangan dan
kinerja operasi suatu perusahaan yang
ditimbulkan adanya tujuan-tujuan berbeda yang tersembunyi.
Penyesuaian Tingkat
Harga Umum
Jumlah mata uang yang
disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga umum ( daya beli ) disebut sebagai
mata uang konstan biaya historis atau ekuivalen daya beli umum. Jumlah mata
uang yang belum disesuaikan sedemikian rupa disebut juga sebagai jumlah nominal. Jumlah nominal harus
disesuaikan untuk perubahan-perubahan dalam daya beli umum uang agar dapat
ditandingkan secara tepat dengan transaksi
kini.
Penggunaan Indeks Harga
Angka
indeks harga digunakan untuk
mentranslasikaan jumlah uang yang dibayarkan selama periode terdahulu menjadi
ekuivalen daya beli pada akhir periode (yaitu daya beli konstan biaya historis
).
Objek
Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Secara tradisional,
laba (yaitu kekayaan yang dapat digunakan) merupakan bagian dari kekayaan
perusahaan (yaitu aktiva bersih) yang dapat ditarik oleh perusahaan selama
suatu periode akuntansi tanpa mengarungi kekayaannya hingga berada di bawah posisi
awal. Dengan mengasumsikan tidak adanya tambahan investasi atau penarikan oleh
pemilik dalam periode tersebut, jika aktiva bersih awal suatu perusahaan adalah
sebesar £30.000 dan aktiva bersih akhir meningkat menjadi £45.000 yang
disebabkan oleh operasi yang menguntungkan, labanya akan menjadi £15.000. Jika
perusahaan tersebut membayarkan dividen sebesar £15.000, kekayaan perusahaan
pada akhir periode akan sama persis dengan kekayaan awal periode. Dengan
demikian, akuntansi konvensional mengukur laba sebagai jumlah maksimum yang
dapat ditarik dari perusahaan tanpa mengurangi jumlah uang yang menjadi modal
awalnya.
Jika kita tidak dapat
mengasumsikan harga yang stabil, ukuran laba yang konvensional mungkin tidak
dapat mengukur kekayaan perusahaan yang dapat digunakan secara akurat. Misalkan
tingkat harga umum meningkat sebesar 21% selama satu tahun. Untuk mengimbangi
inflasi, suatu perusahaan yang memulai tahun dengan uang $100 akan menginginkan
nilai investasi awalnya tumbuh menjadi paling tidak $121, karena jumlah inilah
yang diperlukan pada akhir tahun untuk membeli apa-apa yang dapat terbeli
dengan uang sebesar $100 pada awal periode. Misalkan, dengan menggunakan
akuntansi konvensional, perusahaan memperoleh penghasilan sebesar $50 (setelah
pajak). Menarik dana sebesar $50 akan mengurangi kekayaan nominal akhir periode
perusahaan kembali pada jumlah sebesar S100, lebih sedikit daripada yang
diperlukan agar tetap sama dengan inflasi ($121). Model daya beli konstan biaya
historis menganggap selisih perbedaan ini dengan mengukur laba sehingga
perusahaan mampu membayarkan seluruh labanya sebagai dividen, sementara
memiliki daya beli pada akhir periode yang sama besarnya dengan awal periode.
PENYESUAIAN
BIAYA KINI
Model
biaya kini berbeda dengan akuntansi yang konvensional dalam dua aspek utama.
Pertama, aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini dan bukan biaya historis.
Kedua, laba adalah jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh
perusahaan dalam suatu periode (tanpa memperhitungkan komponen pajak), namun
tetap dapat mempertahankan kapasitas produktif atau modal fisik perusahaan.
Satu cara untuk mempertahankan modal adalah dengan menyesuaikan posisi aktiva
bersih awal perusahaan (yang menggunakan indeks harga spesifik yang tepat atau
penentuan harga langsung) untuk mencerminkan perubahan dalam ekuivalen biaya
kini aktiva selama periode berjalan.
SUDUT
PANDANG INTERNASIONAL TERHADAP AKUNTANSI INFLASI
Beberapa
negara telah mencoba metode akuntansi inflasi yang berbeda-beda. Praktik aktual
juga mencerminkan pertimbangan pragmatis seperti parahnya laju inflasi nasional
dan pandangan yang pihak-pihak yang secara langsung dipengaruhi oleh
angka-angka akuntansi inflasi. Mengamati beberapa metode akuntansi inflasi yang
berbeda sangat bermanfaat pada saat menilai kondisi paling mutakhir saat ini.
Amerika
Serikat
Pada
tahun 1979, FASB mengeluarkan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (Statement
of Financial Accounting Standards – SFAS) No. 33. Berjudul “Pelaporan
Keuangan dan Perubahan Harga”, pernyataan ini mengharuskan
perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan aktiva tetap (sebelum
dikurangi dengan depresiasi) yang bernilai lebih dari $125 juta atau total
aktiva lebih dari $1 miliar (setelah dikurangi dengan akumulasi depresiasi),
untuk selama 5 tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan biaya
historis dan daya beli konstan biaya kini. Pengungkapan ini lebih bersifat
melengkapi dan bukan menggantikan biaya historis sebagai kerangka dasar
pengukuran dasar untuk laporan keuangan utama.
Banyak
pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No. 33
menemukan bahwa :
(1) pengungkapan
ganda yang diwajibkan oleh FASB membingungkan,
(2) biaya
untuk penyusunan pengungkapan ganda ini terlalu besar, dan
(3) pengungkapan
daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan
data biaya kini.
Semenjak itu, FASB telah memutuskan
untuk mendorong, tetapi tidak lagi mengharuskan, entitas pelaporan AS untuk
mengungkapkan informasi daya beli konstan biaya historis atau daya beli konstan
biaya kini. FASB menerbitkan panduan (SFAS 89) untuk membantu perusahaan yang
melaporkan pengaruh pernyataan atas harga yang berubah dan menjadi titik awal untuk
standar akuntansi inflasi di masa depan.
Inggris
Komite
Standar Akuntansi Inggris (Accounting
Standard Committee – ASC) menerbitkan Pernyataan Standar Praktik Akuntansi
16 (Statement of Standard Accounting
Practice – SSAP 16), “Akuntansi Biaya Kini’ untuk masa percobaan 3 tahun
pada bulan Maret 1980. Meskipun SSAP 16 dibatalkan pada tahun 1988,
metodologinya direkomendasikan untuk perusahaan-perusahaan yang secara sukarela
melaporkan akun-akun yang disesuaikan terhadap inflasi.
SSAP
16 berbeda dengan SFAS 33 dalam dua hal utama. Pertama, apabila standar AS
mengharuskan akuntansi dolar konstan dan biaya kini, SSAP 16 mengadopsi hanya
metode biaya kini untuk pelaporan eksternal. Kedua, apabila penyesuaian inflasi
AS berpusat pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris mewajibkan
baik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelasan.
Standar di Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan :
1. Menyajikan
akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap
biaya historis.
2. Menyajikan
akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun
pelengkap biaya kini.
3. Menyajikan
akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi
biaya historis yang memadai.
Dalam perlakuan
keuntungan dan kerugian terkait dengan pos-pos moneter, FAS 33 mengharuskan
pengungkapan terpisah untuk tiap-tiap angka. SSAP 16 mengharuskan dua angka,
yang keduanya mencerminkan pengaruh perubahan harga spesifik. Yang pertama,
disebut penyesuaian modal kerja moneter (Monetary
Working Capital Adjustment – MWCA), mengakui pengaruh perubahan harga
khusus terhadap total jumlah modal kerja yang digunakan oleh perusahaan dalam
operasinya. Yang kedua, disebut sebagai mekanisme penyesuaian, memungkinkan
pengaruh perubahan harga spesifik terhadap aktiva nonmoneter perusahaan
(seperti depresiasi, harga pokok penjualan dan modal kerja moneter).
Brazil
Inflasi
sering kali merupakan bagian lingkungan usaha yang diterima di Amerika Latin,
Eropa Timur, dan Asia Tenggara. Pengalaman Brasil di masa lalu dengan
hiperinflasi membuat inisiatif akuntansi inflasi bersifat instruktif.
Para Analis Keuangan dan para
eksekutif keuangan Brasil melakukan penyesuaian akun-akun Brasil atas perubahan
harga untuk membantu analisis mereka. Meskipun tidak lagi diwajibkan, akuntansi
inflasi yang direkomendasikan ke Brasil mencerminkan dua kelompok pilihan
pelaporan Hukum Perusahaan Brasil dan Komisi Pengawas Pasar Modal Brasil.
Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan menyajikan ulang
akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks
harga yang diakui oleh pemerintah federal untuk mengukur devaluasi mata uang
lokal. Aktiva permanen serta akun-akun amortisasi atau deplesi (termasuk setiap
provisi kerugian yang terkait). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari
modal, cadangan pendapatan, cadangan revaluasi, laba ditahan, dan akun cadangan
modal yang digunakan untuk mencatat penyesuaian tiungkat harga terhadap modal.
Yang terakhir ini merupakan hasil dari penilaian kembali aktiva tetap terhadap
biaya penggantian kini dikurangi dengan provisi untuk depresiasi teknis dan
fisik.
Komisi Pasar Modal Brasil mewajibkan
metode akuntansi yang lain untuk perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan
di depan publik. Perusahaan-perusahaan yang tercatat sahamnya harus mengukur
ulang seluruh transaksi yang terjadi dlam suatu periode dengan menggunakan mata
uang fungsionalnya. Pada akhir periode, indeks tingkat harga umum yang berlaku
mengubah unit daya beli umum menjadi unit mata uang lokal nominal.
BADAN STANDAR AKUNTANSI
INTERNASIONAL
IASB
menyimpulkan bahwa posisi laporan keuangan dan kinerja operasi dalam mata uang
lokal menjadi tidak berarti lagi dalam suatu lingkungan yang mengalami hiperinflasi.
IAS 29, “Pelaporan Keuangan dalam Perekonomian Hiperinflasi” mewajibkan
penyajian ulang informasi laporan keuangan utama. Secara khusus, laporan
keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata uang perekonomian
hiperinflasi, apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya historis atau
biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal
neraca. Perusahaan yang melakukan pelaporan juga harus mengungkapkan :
1. Fakta
bahwa penyajian ulang untuk perubahan dalam daya beli unit pengukuran telah
dilakukan.
2. Kerangka
dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan utama (penilaian
biaya historis atau biaya kini).
3. Identitas
dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca, beserta dengan perubahannya
selama periode pelaporan.
4. Keuntungan
atau kerugian moneter bersih selama periode tersebut.
ISU-ISU MENGENAI
INFLASI
Terdapat
4 isu akuntansi inflasi yang cukup mengganggu:
1. Apakah
dolar konstan atau biaya kini yang lebih baik mengukur pengaruh inflasi,
2. Melakukan
akuntansi terhadap keuntungan dan kerugian inflasi,
3. Akuntansi
inflasi luar negeri,
4. Menghindari
fenomena kejatuhan ganda.
Keuntungan dan Kerugian
Inflasi
Keuntungan
atau kerugian pos-pos moneter di Amerika Serikat ditentukan dengan menyajikan
ulang dalam dolar konstan, saldo awal dan akhir, serta transaksi dalam, seluruh
aktiva dan kewajiban moneter (termasuk utang jangka panjang). Angka yang
dihasilkan diungkapkan sebagai pos terpisah. Perlakuan ini memandang keuntungan
dan kerugian pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda dari jenis pendapatan
yang lain.
Di
Inggis, keuntungan atau kerugian pos-pos moneter dipisahkan menjadi modal kerja
moneter dan mekanisme penyesuaian. Kedua angka tersebut ditentukan melalui perubahan
harga khusus. Mekanisme penyesuaian mengindikasikan manfaat
(biaya) kepada para pemegang saham yang berasal dari pembiayaan utang selama
suatu periode perubahan harga. Angka-angka ini ditambahkan atas (dikurangi
dari) laba operasi biaya kini untuk menghasilkan ukuran kemakmuran yang dapat dihapuskan,
yang disebut sebagai “Laba Biaya Kini Teratribusi kepada Pemegang Saham.”
Akuntansi untuk Inflasi
di Luar Negeri
Amerika
Serikat, FASB berupaya untuk membahas masalah inflasi dengan mewajibkan
perusahaan pelapor yang besar untuk melakukan eksperimen dengan pengungkapan
daya beli konstan biaya historis dan biaya pengungkapan kini. FAS 89, yang
mendorong perusahaan untuk memperhitungkan perubahan harga, masih meninggalkan
permasalahan yang masih belum terselesaikan dalam dua tingkatan. Pertama, perusahaan
mungkin terus mempertahankan nilai aktiva nonmoneter berdasarkan biaya
historisnya atau menyajikan ulang berdasarkan ekuivalen biaya kini. Kedua,
perusahaan yang memilih untuk menyediakan data biaya kini tambahan atas operasi
luar negeri memiliki dua metode pilihan dalam mentranslasikan dan menyajikan
ulang akun-akun luar negeri dalam dolar AS.
Menyajikan
ulang baik akun-akun perusahaan luar negeri dan domestik menjadi ekuivalen
harga kini dan menghasilkan informasi yang relevan dengan keputusan.Informasi ini memberikan kesempatan
kepada investor untuk memperoleh
informasi sebanyak mungkin yang
menyangkut dividen masa depan. Jauh lebih mudah untuk membandingkan dan
mengevaluasi hasil konsolidasi seluruh perusahaan daripada yang dilakukan
dewasa ini.
Menghindari Kejatuhan
Ganda
Pada
saat menyajikan ulang akun-akun luar negeri terhadap inflasi di luar negeri,
seseorang harus berhati-hati untuk menghindari apa yang disebuat sebagai kejatuhan ganda. Masalah ini muncul
karena inflasi lokal langsung berpengaruh terhadap kurs yang digunakan dalam
translasi. Apabila teori ekonomi mengasumsikan bahwa terdapat hubungan terbalik
antara laju inflasi internal suatu negara dan nilai eksternal mata uangnya,
bukti-bukti menunjukan bahwa hubungan seperti ini jarang sekali bertahan
(paling tidak dalam jangka pendek). Dengan demikian, ukuran penyesuaian yang
terjadi untuk menghapuskan kejatuhan ganda akan berbeda-beda tergantung pada
sejauh mana kurs dan perbedaan inflasi berhubungan secara negatif.
Infasi
terhadap harga pokok penjualan atau beban depresiasi dimaksudkan untuk
mengurangi besarnya laba “sebagaimana ynag dilaporkan” untuk menghindari
penilaian lebih laba bersih. Namun demikian, karena pengaruh hubungan terbalik
antara inflasi lokal dan nilai mata uang, perubahan kurs valuta asing di antara
laporan keuangan yang berurutan, yang umumnya disebabkan oleh inflasi
(setidaknya selama suatu periode), menyebabkan timbulnya sebagian pengaruh
inflasi (yaitu penyesuaian translasi mata uang) terhadap hasil operasi perusahaan
“sebagaimana yang dilaporkan”. Dengan demikian, untuk menghindari proses
penyesuaian terhadap pengaruh inflasi sebanyak dua kali, penyesuaian infalasi
harus memperhitungkan kerugian translasi yang sudah tercermin dalam hasil
“sebagaimana yang dilaporkan” dari suatu perusahaan.
Contoh
akuntansi persediaan berikut ini menunjukkan hubungan antara inflasi dan
translasi mata uang luar negeri. Perusahaan dalam contoh ini menggunakan metode
penilaian persediaan FIFO dan melakukan translasi persediaan ke dalam dolar
dengan menggunakan kurs kini. Dan dapat diasumsikan sebagai berikut:
·
Inflasi negara lokal
adalah 20% selama tahun yang baru saja berakhir. Inflasi di AS adalah sebesar
6% selama tahun tersebut.
·
Kurs nilai tukar
pembukaan pada tan ggal 1 Januari adalah LC1 = $1,00
·
Kurs nilai tukar
penutupan pada tanggal 31 Desember adalah LC1 = $0,88
·
Devaluasi mata uang
selama tahun tersebut untuk mempertahankan paritas daya beli adalah 12%.
·
Persediaan dalam mata
uang lokal adalah sebesar LC200 pada tanggal 1 Januari dan LC240 pada tanggal
31 Desember.
·
Tidak ada perubahan
yang terjadi menyangkut jumlah fisik persediaan selama tahun tersebut.
Nilai
dolar ekuivalen persediaan awal dan akhir dihitung sebagai berikut:
|
Jumlah dalam LC
|
Kurs Nilai Tukar
|
Jumlah dalam $
|
Persediaan FIFO, 1 Januari
|
200
|
LC = $1,00
|
$200
|
Persediaan FIFO, 31 Desember
|
240
|
LC = $0,88
|
$211
|
Laba
“sebagaimana yang dilaporkan” akan mencerminkan kerugian translasi sebesar $29
(dengan mengasumsikan bahwa mata uang didevaluasi pada akhir tahun), perbedaan
yang terjadi dari melakukan translasi persediaan senilai $240 pada tanggal 31
Desember berdasarkan kurs $0,88 dan $1,00.
Dengan demikian, selama periode
perputaran persediaan berikutnya, harga pokok penjualan “sebagaimana yang
dilaporkan” menjadi sebesar LC240 dalam mata uang lokal atau $211 dalam dolar.
Perusahaan tersebut telah mengurangi
laba dengan kerugian translasi sebesar $29 dan penyesuaian inflasi harga pokok
penjualan sebesar $40 dengan jumlah keseluruhan sebesar $69 atau 34% dari saldo
awal persediaan sebesar $200 pada tanggal 1 Januari. Namun demikian inflasi
hanyalah sebesar 20%! Kejatuhan gandalah yang menyebabkan hal ini terjadi.
Perhitungan dolar memasukkan perhitungan ganda antara kerugian devaluasi mata
uang, yang ditimbulkan dari inflasi
dan penyesuaian harga pokok penjualan terhadap inflasi, yang menjadi akar penyebab devaluasi mata uang.
Penyesuaian inflasi harga pokok penjualandengan metode sajikan
ulang-translasikan saja sudah cukup. Penyesuaian ini tidak hanya menghapuskanlaju
inflasi AS (sebesar 6%), tetapi juga perbedaan laju inflasi diantara negara
lokal sebesar 20% dan di AS sebesar 6% yang menimbulkan devaluasi sebesar 12%.
Dan disimpulkan bahwa jika harga pokok penjualan disesuaikan untuk menghapuskan
inflasi negara lokal, maka perlu dilakukan penghapusan setiap kerugian
translasi yang tercermin dalam laba “sebagaimana yang dilaporkan”.